Mengenal Belalang Goreng
Mendengar kata Gunungkidul, maka bayangan kita pasti akan tertuju pada sebuah kabupetan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang gersang, tandus, dan sering kekurangan air. Memang tak bisa dipungkiri bahwa wilayah Gunungkidul sebagian besar terdiri dari perbukitan karst. Ketika musim kemarau tiba, daerah ini terkesan bagaikan gurun. Panas, gersang, pepohonan jati yang banyak tumbuh di ladang meranggas, dan tanah merekah di mana-mana. Namun, di balik semua itu, wilayah ini menyimpan sumber pangan yang mengandung protein tinggi, yaitu belalang kayu.
Bagi sebagian orang, belalang atau dalam bahasa Jawa disebut walang dianggap sebagai serangga untuk pakan burung atau hama yang sering merugikan petani. Tetapi di Gunungkidul, belalang kayu (Valanga nigricornis) ini menjadi primadona bagi warganya, baik sebagai penikmat maupun para pencari rejeki. Selain kaya gizi, belalang kayu merupakan sumber pendapatan yang dapat menambah pemasukan. Menurut penuturan seorang pemburu belalang Gunungkidul, Wardiono, ia lebih memilih bekerja sebagai pemburu belalang daripada menjadi buruh bangunan karena penghasilannya tidak jauh beda. Dalam sehari ia dapat meraup keuntungan berkisar antara 30 – 40 ribu rupiah.
Pada musim penghujan, belalang kayu ini banyak ditemui di pohon ketela, dan jagung. Cara menangkapnya cukup mudah yaitu dilakukan pada malam hari dengan menggunakan tangan langsung dengan bantuan alat penerang. Cara ini biasa disebut dengan istilah nyuluh. Namun, pada musim kemarau, masyarakat harus menangkapnya di siang hari dengan menggunakan galah yang diberi jaring atau lem tikus dengan campuran kapas karena belalang tersebut hinggap dan mencari makan di pucuk-pucuk daun jati dan akasia yang tumbuh di sekitar lahan pertanian.
Pada sore hari belalang hasil tangkapan warga banyak dijajakan di sejumlah ruas jalan di Gunungkidul, seperti jurusan Gading-Wonosari, Wonosari-Ponjong, Wonosari-Semanu, dan Paliyan-Trowono. Tentu saja belalang yang dijajakan di sini masih mentah dan masih hidup. Namun, bagi para pengunjung yang ingin menikmati langsung makanan khas Gunung Kidul ini tidak perlu khawatir karena sudah banyak rumah-rumah makan yang menyediakan menu belalang goreng yang sudah diolah dengan bumbu khusus sehingga rasanya menjadi lezat dan gurih. Cara pengolahannya cukup sederhana, yaitu belalang dibersihkan dari sayap, suthang (kaki bagian belakang), dan kotorannya. Setelah itu, belalang dicuci hingga bersih dan kemudian direndam selama 15 menit dengan bumbu-bumbu khusus. Setelah itu, barulah belalang bisa digoreng.
Belalang goreng ini ternyata tidak hanya digemari oleh masyarakat Gunungkidul, tetapi juga masyarakat dari berbagai daerah seperti Magelang, Semarang, dan Solo yang pernah berkunjung ke Gunungkidul. Tingginya minat masyarakat mengonsumsi belalang goreng juga terlihat dari banyaknya pesanan dari luar pulau Jawa seperti dari daerah Pulau Sumatera. Pesanan yang datang pun tidak tanggung-tanggung karena bisa mencapai beribu-beribu ekor. Belalang goreng juga sering dijadikan oleh-oleh masyarakat perantau Gunungkidul saat kembali ke daerah perantauan. Sebut saja Manthos, seorang penyanyi campursari terkenal asal Gunungkidul, yang setiap ke Jakarta pasti membawa oleh-oleh belalang goreng untuk tetangga, handai taulan, dan sahabat-sahabatnya. Alhasil, saat ini banyak orang diberbagai daerah mengenal belalang goreng kuliner khas Gunung Kidul.
Untuk mendapatkan belalang goreng, Anda tidak perlu repot-repot lagi datang ke Gunungkidul. Karena belalang goreng bisa Anda dapatkan di website belalanggoreng.com. Dimanapun Anda berada, kami siap mengirimkan paketan belalang goreng sesuai pesanan Anda dari Kota Jogja. Kami menyediakan kemasan toples dan plastik. Ada 3 pilihan rasa, yaitu belalang goreng gurih, belalang goreng bacem dan belalang goreng pedas.
0 komentar:
Posting Komentar